Tips menghadapi anak yang sudah mulai bohong sepertinya perlu untuk Anda ketahui. Hal ini kerap membuat repot para orangtua.

Menurut Psikolog anak, Diah Primi Paramitha M.Psi., kelakuan anak suka berbohong ini disebabkan karena ia belum paham antara realita dengan fantasi. Demikian juga menurut Michael Brody, M.D., Psikiater anak dari Maryland, tidak ada yang salah ketika si kecil berbohong. Sejatinya, anak-anak yang masih kecil itu sebenarnya tidak tahu perbedaan antara kebenaran dan kebohongan yang ia lakukan
Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk menghadapi masalah tersebut. Ucapan dan perilaku Anda bisa menentukan keberhasilan cara dibawah ini.
Jangan Bersikap Berlebihan .
Begitu anak sudah lebih besar, keputusan mereka untuk berbohong lebih banyak didasari oleh alasan-alasan yang lebih masuk akal, daripada hasil dunia imajinasi. Contohnya, mereka belajar berbohong untuk melindungi saudaranya supaya tidak dihukum oleh orangtua. Atau mereka berbohong soal nilai jelek yang diperoleh di sekolah karena takut dimarahi.
Jika anak suka berbohong untuk masalah-masalah remeh, sebaiknya orangtua jangan bersikap berlebihan, tapi tunjukkan bahwa Anda tidak suka dengan kesalahan yang mereka lakukan, bukan kebohongannya. Dengan begitu, anak akan paham bahwa yang perlu dia lakukan adalah memperbaiki kesalahannya, supaya tidak perlu berbohong lagi.
Psikolog Amanda menambahkan, Anda bisa melakukan pendekatan dengan memberikan penjelasan dan pemahaman pada anak bahwa jika ia berbohong, pasti ada risiko misalnya kita jadi kurang percaya lagi pada ucapannya dan menaruh curiga. Katakan padanya bahwa hal tersebut tentu tidak mengenakkan baginya.
Jangan Dihukum.
Anak biasa berbohong karena mereka menyangkal telah melakukan sesuatu atau untuk mendapatkan sesuatu untuk diri mereka sendiri. Menurut psikolog Amanda Pasca Rini S.Psi, M.Si., anak juga melakukan kebohongan demi melindungi dirinya sendiri. Contohnya, orangtua mendapati ada ceceran air minuman ringan di rumah. Lalu kita bertanya pada si kecil apakah dia yang membuat hal tersebut karena tidak ada orang lain di rumah selain kucing peliharaan. Anak mungkin akan menjawab, “Bukan aku. Itu si kucing yang melakukannya.”
Untuk mengatasi gaya bohong yang seperti ini, disarankan tidak perlu sampai menghukum si kecil. “Tidak perlu mendesak anak untuk mengakui kesalahannya,” anjur Elizabeth Berger, M.D., psikiater anak dan penulis Raising Kids With Character.
Alih-alih menghukum, lebih baik, tunjukkan “hasil karya” mereka sambil bilang “Aduh, coba lihat itu. Vasnya kok pecah, ya?” Sebab, bila Anda menuduh mereka sambil marah-marah, mereka akan lebih cenderung berbohong daripada mengakui kesalahannya.
Berikan Pengarahan yang Tepat
Menurut riset Angela Crossman, Ph.D., asisten profesor bidang psikologi dari John Jay College of Criminal Justice, New York, anak usia prasekolah yang berbohong itu umumnya punya IQ yang tinggi. Ketika si anak prasekolah mengarang cerita yang terkesan mustahil atau muluk, biasanya itu berasal dari imajinasinya. Dan, buat mereka, dunia imajinasinya itu adalah sesuatu yang nyata. “Jadi itu bukan sepenuhnya bohong,” sambut Dr. Berger.
“Sebaiknya, orangtua mengartikannya sebagai pertanda bahwa anak memiliki daya kreativitas yang tinggi. Namun, setelah itu berusaha mengarahkan anak dengan menempatkan segalanya pada porsi yang tepat.” Anak boleh berimajinasi, bahkan punya teman imajiner. Tapi, dia juga perlu memiliki teman dan relasi yang baik dengan orang-orang di kehidupan nyata.
Namun yang perlu diwaspadai adalah bila kebiasaan berbohong ini terus berlanjut hingga menginjak usia remaja dan lama-lama menjadi akut. Menurut Dr. Berger, anak-anak yang punya kepribadian cemas, yang tidak bisa menghadapi situasi tertentu, biasanya akan berbohong.
Hal tersebut menjadi tanda bagi Anda untuk memahami sejauh mana beban stres yang dialami oleh anak. Atau apakah jangan-jangan berbohong sudah menjadi taktik anak untuk memanipulasi orang lain? Jika ini terjadi, jangan ragu untuk bicara dengan psikolog anak langgan keluarga bila diperlukan.