Menjelang pesta demokrasi 2014, para elit politik dihadapkan dengan kegalauan politik. Setidaknya ada dua hal yang menyebabkan politisi galau menjelang pemilihan presiden dan pemilihan legislatif mendatang, yaitu politik uang dan politik pemilih.
Wartawan senior, Budiarto Shambazy menyatakan, para pemilih (spectators) turut membuat para politisi galau. Pada sejumlah pemilukada, banyak calon pemilih yang memutuskan untuk golput.
"Saat ini indikasinya sudah terlihat, seperti di Pilkada Sumatera Utara. Lebih dari 50 persen golput, dan itu bisa saja nanti akan berimbas pada 2014 mendatang, " katanya saat menjadi pembicara pembuka dalam diskusi yang digelar Soegeng Sarjadi Syndicate bertajuk bertajuk Landscape Politik Indonesia: Menuju 2014, Rabu (27/3/2013).
Para pemilih golput ini timbul, katanya, disebabkan sentimen negatif terhadap para calon pemimpinnya. Kurangnya pengetahuan terhadap figur calon pemimpin membuat para pemilih menjadi seakan tidak peduli.
"Sekarang banyak media, seperti youtube dan gadget yang menampilkan kegiatan partai politik dan anggota DPRD. Tetapi ini tidak mengupas secara dalam mengenai figur calon elit politik atau parpol itu sendiri," ujarnya.
Sementara itu, pengamat politik dan peneliti CSIS J Kristiadi menilai, uang menjadi faktor kegalauan yang harus dihadapi oleh para elit partai politik. Besarnya dana yang diperlukan oleh calon elit politik untuk dapat menjabat pada posisi-posisi strategis di pemerintahan, baik di tingkat legislatif maupun eksekutif, sangat besar. Hal ini dapat menimbilkan efek domino yang sangat besar yaitu korupsi politik secara besar dan bersama-sama.
"Berpolitik memerlukan uang yang banyak. Akibatnya jika nanti para elit politik yang telah menduduki jabatan penting di legislatif maupun eksekutif akan sama-sama melakukan orgy corruption politics," katanya.
sumber : kompas